On the train, going to Salemba.
Alhamdulillah, selepas shalat Jum'at kami berdua (bersama istri) datang ke Salemba untuk bertemu dengan seorang pakar di bidang dynamic system.
Jarang-jarang bisa berduaan gini dengan istri.
Alhamdulillah, selepas shalat Jum'at kami berdua (bersama istri) datang ke Salemba untuk bertemu dengan seorang pakar di bidang dynamic system.
Jarang-jarang bisa berduaan gini dengan istri.
Diposting oleh Andoyo dan Eflita Meiyetriani di 19.10 0 komentar
Diposting oleh Andoyo dan Eflita Meiyetriani di 16.14 0 komentar
Apa pendapat Anda tentang layanan KA Commuter Jakarta Depok?
Diposting oleh Andoyo dan Eflita Meiyetriani di 02.41 0 komentar
Sudah berapa bulan ya MP saya kosong tanpa posting artikel? Rasa malas kadang membuat produktifitas dalam menulis menjadi menurun.
Facebook kadang memberikan dampak positif namun juga sering memberikan dampak negatif bagi penggunanya. Jika dihitung-hitung maka update facebook dengan update blog yang saya miliki lebih sering update facebooknya.
Aktifitas sebagai pengajar seharusnya memacu saya untuk lebih aktif menulis, tapi kenyataannya justru malah jadi males banget. Apakah ada yang salah? Mudah-mudahan bisa segera beranjak dari kesalahan tersebut ke arah yang lebih baik.
Hayooo, posting lagi artikel bermanfaat ya. Untuk pembaca mohon dukungannya.
Andoyo, adalah pengasuh website www.andoyoanny.com (sebuah website yang menyediakan banyak informasi tentang Selandia Baru atau New Zealand. Saat ini sedang mengembangkan bisnis Java Web Media di bidang desain website, web development, branding dan desain grafis. Kami juga menyediakan pelatihan dan tutorial di bidang pembuatan website atau blog. |
Diposting oleh Andoyo dan Eflita Meiyetriani di 18.52 0 komentar
Kurang lebih dua setengah tahun yang lalu, sekitar setengah tahun sebelum pernikahan kami, saya membeli sebuah buku karangan Salim A. Fillah yang berjudul Baarakallaahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta. Buku yang sempat kami baca sebagai bekal dalam pernikahan kami. Buku yang cukup menarik dan recommended bagi yang ingin membacanya.
Ada satu ungkapan dalam buku tersebut yang menjadi motivasi bagi kami. Dalam badai, dekap aku lebih erat. Melalui masa-masa sulit berdua, saling menguatkan, tidur berpunggung-punggungan karena pertengkaran kecil dan rasa cemburu, tidur berpelukan dengan erat saat musim dingin menghantam flat kami yang berdinding kayu adalah simfoni kehidupan kami. Ada suka dan ada duka. Di saat suka, kami merayakannya dan di saat bersedih, sulit, masa-masa berat dalam kehidupan ini, kami ingin saling berdekapan erat untuk saling menguatkan.
Ini adalah tahun kedua kami telah hidup bersama, ditambah satu putri cantik kami. Rasa canggung, kikuk dan malu-malu saat bertemu di malam setelah akad nikah sepertinya baru terjadi beberapa hari yang lalu. Berdua naik motor menuju Kebun Binatang Wonokromo Surabaya saat berbulan madu juga masih kami ingat dengan jelas. Sekarang kami sudah menjadi tiga, sudah sangat berbeda dengan satu tahun yang lalu.
Kami pasangan muda yang belum banyak pengalaman dalam membina rumah tangga tentunya mengharapkan pernikahan yang sakinah, mawadah warrohmah. Saling setia dan saling menjaga sampai usia tua kami. Mudah-mudahan dikabulkan Allah SWT.
Andoyo - Telah menulis lebih dari 240 artikel di www.andoyoanny.com. Bekerja sebagai part-time blogger dan mengajar Bahasa Inggris. Saat ini sedang mengembangkan JavaMediaGroup, sebuah perusahaan web development, blog advertising dan web education yang berbasis di kota Depok. |
Diposting oleh Andoyo dan Eflita Meiyetriani di 03.55 0 komentar
Ngiiikkkk...., bunyi rem sepeda motor yang saya naiki menjerit ketika tiba-tiba Angkot (kendaraan umum khas negeri ini) tiba-tiba berhenti di depan saya tanpa memberi tanda lampu sen. Inilah yang khas di Depok, kota dimana istri saya dibesarkan.
Angkot atau juga kita kenal Angkutan Kota memang hal yang unik. Kendaraan kecil ini begitu lincah menyusuri jalanan kota sembari sesekali berhenti di pinggir jalan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.
Budaya menurunkan dan menaikkan penumpang inilah yang membuat saya berpikiran bahwa hanya Tuhan dan Supirnyalah yang tahu kapan dia akan berhenti. Berhenti mendadak yang kadang tidak memberikan tanda bagi pengendara lain di belakangnya kadang membuat kita harus menginjak rem kuat-kuat jika tidak ingin menabrak pantat dari angkot ini.
Sumber gambar: http://moiindra.wordpress.com/2008/11/page/3/
Diposting oleh Andoyo dan Eflita Meiyetriani di 19.15 0 komentar
Ada banyak kisah suka duka saat kita belajar dan bekerja di negeri Kiwi ini. Ada yang akhirnya putus dengan kekasih lamanya karena menemukan sosok pendamping yang didambakan dan akhirnya menikah dengannya.
Ada pula yang lama menunggu kehamilan di Indonesia namun akhirnya istri hamil setelah satu bulan di New Zealand, itulah yang kami alami.
Ada pula yang sampai saat ini masih menunggu Mr. Perfect dan Miss. Perfect. Saya tidak tahu sampai kapan mereka akan mendapatkannya, hanya saja kita ikut berdoa untuk mereka sehingga mendapatkan Mr. dan Miss. Perfect yang mereka dambakan.
Ide untuk menulis ini sebenarnya karena saya teringat pernah membaca sebuah artikel di harian Dominion Post New Zealand. Saya lupa judulnya, tapi artikel itu memang cukup menarik bagi saya, meskipun bukan untuk saya pribadi, tapi untuk teman-teman saya yang belum kunjung menikah karena menantikan Mr. dan Miss. Perfect.
Artikel ini tidak bermaksud mengesampingkan peran takdir dalam kehidupan, tapi ingin mencoba membahas dan mengupas lebih dalam dari perspektif lain yang lebih logis.
Artikel itu cukup ringkas, namun cukup dalam isinya. Isi awalnya bercerita tentang gelisahnya kaum Hawa (wanita) yang mulai resah ketika menginjak usia 30 tahunan karena belum juga mendapatkan pendamping. Meskipun mereka sudah mapan secara finansial dan pendidikan. Ketidak adaan seorang pendamping ternyata tetap membuat membuat mereka resah.
Dari beberapa hasil riset yang disampaikan dalam artikel itu, ada beberapa penyebab mengapa kaum Hawa harus menunggu begitu lama untuk mendapatkan pendamping. Pada usia di bawah 30 tahunan kebanyakan dari mereka menantikan Mr. Perfect untuk menjadi pendamping hidup mereka. Ini bukan hanya karena dipengaruhi oleh diri mereka sendiri, namun juga dipengaruhi oleh media-media dari luar sehingga mereka berpikir seperti itu.
Kisah-kisah dalam film, novel dan buku-buku banyak menggambarkan Mr. Perfect sebagai pendamping hidup terbaik bagi seorang wanita. Masalahnya dalam kehidupan nyata tidaklah banyak tersedia Mr. Perfect seperti yang digambarkan itu.
Pilihan pun akhirnya jatuh pada Mr. Right Now ketika usia kaum Hawa menginjak 30 tahunan lebih.
Dalam hal ini, bagi saya tidaklah menjadi masalah, tergantung dari mereka yang ingin menjalani. Hanya saja ada baik kita juga membuat listing dari standar dan persyaratan yang menurut kita baik. Membuat listing standarisasi dari Mr. Right Now tampaknya bisa kita gunakan untuk menilai sang Mr. ini layak atau tidak menjadi pendamping. Katakanlah dari standarisasi yang kita buat dan Mr. Right Now sudah memenuhi lebih dari 51% dari standar yang kita buat, maka itu cukup acceptable.
Ada komentar lain?
Sumber gambar: Karimhouses.com
Diposting oleh Andoyo dan Eflita Meiyetriani di 12.21 0 komentar
© Blogger templates 'Sunshine' by Ourblogtemplates.com 2008
Back to TOP